Tiga bundle laporan tergenggam erat ditangan. Aku pun tergesa-gesa berjalan, mengejar waktu. Rute : Kantor kemahasiswaan, lantai 2 laboratorium hingga lantai 1 laboratorium yang lainnya pun kulalui dengan semangat membahana.
Tanganku lelah menggenggam laporan setinggi 10-15cm tebalnya, ya... tebal karena 3 bundle laporan ditumpuk jadi satu. Sejenak berpikir, "Harus kutaruh mana laporan sebanyak ini? Tas ku tidak cukup jika harus menampung semua laporan-laporan ini. Ku berjalan sambil berpikir,
"Ya, ku masih memiliki kunci sekre."
Walaupun aku sudah bukan Pengurus Harian sejak tanggal 15 Januari 2011, selama kunci ini belum diwariskan toh belum berpindah tangan.
Aku harus bertemu dosen setelah ini, ya beliau sedang sibuk. Biarlah aku mengirim sms terlebih dahulu, menanyakan kesediaannya untuk ku temui nantinya. Sms ke beliau masih pending, sembari menunggu balasan beliau aku akan menunggu di sekre.
Sekre yang tampak sama dengan hari-hari kemarin. Pintu hijau nan polos dengan sebuah kotak kecil peyimpan surat. Sekre paling sepi yang pernah kulihat selama ini, jika dibandingkan dengan sekre-sekre BEM ataupun KS (kelompok Studi) yang lain. Sekre tak berpenghuni, yang pintunya selalu tertutup.
Kunci tergetak membuka jeruji-jerujinya, pintu pun terbuka. Seluruh kenangan bak terasa membanjiri kepala ini. Pojok kiri, tampak penuh dengan gunungan kotak-kotak yang entah apa yang ada didalamnya sedikit pun tidak berubah. Rak-rak coklat tua penampung beberapa buku-buku koleksi tampak berdebu namun masih sangat jelas menampakkan judul-judul buku yang khas bernuansa Islami. Beberapa kertas-kertas berserakan di lantai, setalah ku baca beberapa tulisan yang ada menunjukkan bahwa tumpukan kertas-kertas yang berseralan itu adalah peninggalan sisa-sisa Musyak (Musyawarah Akbar) dimana saat itu aku secara sah dinyatakan "Menyelesaikan Jabatan sebagai Kepala Bidang Pengembangan Muslim(ah)".
Ku terduduk, meletakkan tas dan bundle-bundle laporan kelantai. Pandanganku beralih tertuju pada sebuah kotak arsip, "BPM, BKPO, BSPM, BIMO, Sekjend, ..." Ada getar tak menentu dalam hatiku. Rasa dingin, serasa diguyur air es. Tangan bergetar, ketika menyentuh sebuah buku catatan. Ku buka buku itu, ku baca, ingin ku menuliskan satu saja kalimat perpisahan, namun ku tak sanggup. Kesedihan, kesedihan tuk berpisah.
Kenangan yang indah, sekre penyimpan segala kenangan tentang JMMB.
Kenangan dimana ku ingat dengan jelas, cerewetanku meminta tolong para ikhwan untuk memperbaiki lampu, kerusuhanku saat Jum'at untuk mengisi Kajian Kemuslimahan, kejengkelanku melirik sampah-sampah yang beredar tak bertuan saat bidang lain lupa membersihkan hasil kerjanya menyusun mading. Saat-saat kenangan yang unik. Aku pun tersenyum simpul, walau ada sedih.
Sedikit tertawa saat ku temukan sebuah kertas hitam dilaminating, tertulis kritik dan kesan staff-staff JMMB terhadap kepala bidang kaderisasi. Adik-adik Jmmb memang kritis. Aku salut terhadap moivasi dan semangatnya.
Beberapa menit asik bermain dengan kenangan-kenangan yang lalu, lamunanku pecah dengan gema suara dosen yang hendak ku temui. Aku pun berlari menarik tas dan terburu-buru menutup pintu.
Berjalan terburu-buru bersama dengan dosen menuju laboratorium tempatnya bekerja. Tak ku rasa, kunci sekre masih saja ku genggam erat di jari-jariku. Perbincanganku dengan dosen pembimbing akademikku sedikit ku duakan, sedikit-sedikit ku melirik kunci sekre yang menggantung dijemariku.
Ku nantikan saat perpisahan itu jelas tampak adanya, ku akan menunggu seseorang yang akan menyambut kunci ini. Penerus perjuangan, menjadikan Jmmb lebih baik kedepannya.
Semoga Allah meridhoi kalian para Mujahid Muda. Barakallahu fiikum.
Maaf atas segala khilaf, salah, lalai, dan pemberontakkanku selama ini. Maaf jika tangan ini tak lagi bisa membersamai gandengan tangan kalian. Maaf atas segala kata-kata yang mungkin tak bermakna dan tidak bermanfaat.
19 Januari 2011
By : E.R